Hi, guys! Pada tulisan kali ini akan membahas tentang
Information Technology Infrastructure Library yang disingkat ITIL atau jika diterjemahkan
kedalam Bahasa Indonesia yaitu Pustaka Infrastruktur Teknologi Informasi dan
juga disini akan dibahas mengenai Control Objective for Information and related
Technology yang disingkat COBIT. Enjoy!
A. Information
Technology Infrastructure Library (ITIL)
ITIL
(Information Technology Infrastructure Library) adalah suatu rangkaian konsep
dan teknik pengelolaan infrastruktur, pengembangan, serta operasi TI. ITIL
diterbitkan dalam suatu rangkaian buku yang masing-masing membahas suatu topik
pengelolaan TI. Nama ITIL merupakan merek dagang terdaftar dari Office of Government Comerce (OGC)
Inggris. ITIL memberikan deskripsidetail tentang beberapa praktik TI penting
dengan daftar cek, tugas, serta prosedur menyeluruh yang dapat disesuaikan
dengan segala jenis organisasi TI.
Walaupun
ITIL dikembangkan sejak dasarwarsa 1980-an, penggunaan ITIL baru meluas pada
pertengahan 1990-an. ITIL versi kedua paling dikenal dengan dua set bukunya
yang berhubungan dengan ITSM, yaitu Service
Support dan Service Delivery. Service
Support berbicara mengenai aktivitas day-to-day
operasional layanan TI, dimulai dari
layanan ketika terjadi incident atau change request hingga bagaimana
melakukan release management dalam systemproduksi
TI. Sistem produksi yang dimaksud dalam istilah TI adalah system yang
berhubungan dengan end-user.
Umumnya
tahapan dimulai dari development system,
quality system, dan berakhir pada production
system. Service Delivery cenderung berbicara mengenai aktivitas yang
berkaitan dengan kualitas layanan atau peningkatan layanan itu sendiri.
Aktivitas tersebut sepeerti availability
management ataupun service level
management.
ITIL
disajikan sebagai “best practice”. Best practice adalah sebuah pendekatan atau
metode yang telah terbukti dalam prakteknya atau dalam dunia nyata. Best
practice dapat menjadi dukungan yang solid untuk organisasi yang ingin
meningkatkan layanan TI mereka.
ITIL service
lifecycle atau siklus hidup dari layanan didasarkan pada konsep inti dari ITIL
tentang service management atau sebuah manajemen dari suatu layanan dan sangat
berkaitan dengan konsep layanan (service) dan nilai (value). Istilah-istilah
inti dalam manajemen layanan dijelaskan sebagai berikut:
- Service management – Suatu kemampuan khusus organisasi untuk memberikan nilai kepada pelanggan atau customer dalam bentuk layanan.
- Service – Sebuah cara memberikan nilai kepada customer dengan memfasilitasi kebutuhan customer tanpa mengeluarkan biaya atau risiko tertentu. Hasil dari setiap pekerjaan customer didapatkan dari kinerja tugas yang dibatasi oleh sejumlah kendala. Dengan adanya layanan atau service maka akan meningkatkan kinerja dan membantu mengurangi kendala yang dialami oleh customer.
- Value – Value atau nilai adalah inti dari konsep layanan. Dari perspektif pelanggan atau customer, nilai terdiri dari dua komponen inti: utilitas/utility dan jaminan/warranty. Utilitas adalah apa yang akan diterima oleh pelanggan, dan garansi adalah bagaimana cara untuk menyediakannya. Konsep “utilitas” dan “jaminan” banyak dijelaskan pada bagian “Service Strategy”.
B. Control
Objective for Information and related Technology (COBIT)
COBIT adalah merupakan kerangka panduan tata kelola TI dan
atau bisa juga disebut sebagai toolset pendukung yang bisa digunakan untuk
menjembatani gap antara kebutuhan dan bagaimana teknis pelaksanaan pemenuhan
kebutuhan tersebut dalam suatu organisasi. COBIT memungkinkan pengembangan
kebijakan yang jelas dan sangat baik digunakan untuk IT kontrol seluruh
organisasi, membantu meningkatkan kualitas dan nilai serta menyederhanakan
pelaksanaan alur proses sebuah organisasi dari sisi penerapan IT.
Cobit berorientasi proses, dimana secara praktis Cobit
dijadikan suatu standar panduan untuk membantu pengelola suatu organisasi
mencapai tujuannya dengan memanfaatkan IT. Cobit memberikan panduan kerangka
kerja yang bisa mengendalikan semua kegiatan organisasi secara detail dan jelas
sehingga dapat membantu memudahkan pengambilan keputusan di level top dalam
organisasi.
Siapa saja yang menggunakan COBIT? COBIT digunakan secara umum
oleh mereka yang memiliki tanggung jawab utama dalam alur proses organisasi,
mereka yang organisasinya sangat bergantung pada kualitas, kehandalan dan
penguasaan teknologi informasi.
Cobit memiliki 4
Cakupan Domain
- Perencanaan dan Organisasi (Plan and Organise) : Domain ini mencakup strategi dan taktik yang menyangkut identifikasi tentang bagaimana TI dapat memberikan kontribusi terbaik dalam pencapaian tujuan bisnis organisasi sehingga terbentuk sebuah organisasi yang baik dengan infrastruktur teknologi yang baik pula.
- Pengadaan dan Implementasi (Acquire and Implement) : Untuk mewujudkan strategi TI, solusi TI perlu diidentifikasi, dibangun atau diperoleh dan kemudian diimplementasikan dan diintegrasikan dalam proses bisnis.
- Pengantaran dan Dukungan (Deliver and Support) : Domain ini berhubungan dengan penyampaian layanan yang diinginkan, yang terdiri dari operasi pada security dan aspek kesinambungan bisnis sampai dengan pengadaan training.
- Pengawasan dan Evaluasi (Monitor and Evaluate) : Semua proses TI perlu dinilai secara teratur dan berkala bagaimana kualitas dan kesesuaiannya dengan kebutuhan kontrol.
Keempat
domain tersebut diatas kemudian dijabarkan menjadi 34 faktor resiko yang harus
dievaluasi jika ingin diperoleh suatu kesimpulan mengenai seberapa besar
kepedulian manajemen terhadap teknologi informasi, serta bagaimana teknologi
informasi dapat memenuhi kebutuhan manajemen akan informasi.
COBIT IT Processes Defined Withen The
Four Domain
Gambar
Kerangka COBIT
Skala maturity dari Framework COBIT
Maturity model adalah suatu metode untuk mengukur level
pengembangan manajemen proses, yang berarti adalah mengukur sejauh mana
kapabilitas manajemen tersebut. Seberapa bagusnya pengembangan atau kapabilitas
manajemen tergantung pada tercapainya tujuan-tujuan COBIT yang. Sebagai contoh
adalah ada beberapa proses dan sistem kritikal yang membutuhkan manajemen
keamanan yang lebih ketat dibanding proses dan sistem lain yang tidak begitu
kritikal. Di sisi lain, derajat dan kepuasan pengendalian yang dibutuhkan untuk
diaplikasikan pada suatu proses adalah didorong pada selera resiko Enterprise
dan kebutuhan kepatuhan yang diterapkan.
Penerapan yang tepat pada tata kelola TI di suatu lingkungan Enterprise,
tergantung pada pencapaian tiga aspek maturity (kemampuan, jangkauan dan
kontrol). Peningkatan maturity akan mengurangi resiko dan meningkatkan
efisiensi, mendorong berkurangnya kesalahan dan meningkatkan kuantitas proses
yang dapat diperkirakan kualitasnya dan mendorong efisiensi biaya terkait dengan
penggunaan sumber daya TI.
Maturity
model dapat digunakan untuk memetakan :
1. Status pengelolaan TI perusahaan pada saat
itu.
2. Status standart industri dalam bidang TI
saat ini (sebagai pembanding)
3. Status standart internasional dalam bidang
TI saat ini (sebagai pembanding)
4. Strategi pengelolaan TI perusahaan
(ekspetasi perusahaan terhadap posisi pengelolaan TI perusahaan)
Tingkat
kemampuan pengelolaan TI pada skala maturity dibagi menjadi 6 level :
1.
Level 0 (Non-existent)
Perusahaan tidak mengetahui
sama sekali proses teknologi informasi di perusahaannya.
2.
Level 1 (Initial Level)
Pada level
ini, organisasi pada umumnya tidak menyediakan lingkungan yang stabil untuk
mengembangkan suatu produk baru. Ketika suatu organisasi kelihatannya mengalami
kekurangan pengalaman manajemen, keuntungan dari mengintegrasikan pengembangan
produk tidak dapat ditentukan dengan perencanaan yang tidak efektif, respon
sistem. Proses pengembangan tidak dapat diprediksi dan tidak stabil, karena
proses secara teratur berubah atau dimodifikasi selama pengerjaan berjalan
beberapa form dari satu proyek ke proyek lain. Kinerja tergantung pada
kemampuan individual atau term dan variasi dengan keahlian yang
dimilikinya.
3.
Level 2 (Repeatable Level)
Pada level
ini, kebijakan untuk mengatur pengembangan suatu proyek dan prosedur dalam
mengimplementasikan kebijakan tersebut ditetapkan. Tingkat efektif suatu proses
manajemen dalam mengembangankan proyek adalah institutionalized, dengan
memungkinkan organisasi untuk mengulangi pengalaman yang berhasil dalam
mengembangkan proyek sebelumnya, walaupun terdapat proses tertentu yang tidak
sama. Tingkat efektif suatu proses mempunyai karakteristik seperti; practiced,
dokumentasi, enforced, trained, measured, dan dapat ditingkatkan. Product
requirement dan dokumentasi perancangan selalu dijaga agar dapat mencegah
perubahan yang tidak diinginkan.
4.
Level 3 (Defined Level)
Pada
level ini, proses standar dalam pengembangan suatu produk baru
didokumentasikan, proses ini didasari pada proses pengembangan produk yang
telah diintegrasikan. Proses-proses ini digunakan untuk membantu manejer, ketua
tim dan anggota tim pengembangan sehingga bekerja dengan lebih efektif. Suatu
proses yang telah didefenisikan dengan baik mempunyai karakteristik; readiness
criteria, inputs, standar dan prosedur dalam mengerjakan suatu proyek,
mekanisme verifikasi, output dan kriteria selesainya suatu proyek. Aturan dan
tanggung jawab yang didefinisikan jelas dan dimengerti. Karena proses perangkat
lunak didefinisikan dengan jelas, maka manajemen mempunyai pengatahuan yang
baik mengenai kemajuan proyek tersebut. Biaya, jadwal dan kebutuhan proyek
dalam pengawasan dan kualitas produk yang diawasi.
5.
Level 4 (Managed Level)
Pada
level ini, organisasi membuat suatu matrik untuk suatu produk, proses dan
pengukuran hasil. Proyek mempunyai kontrol terhadap produk dan proses untuk
mengurangi variasi kinerja proses sehingga terdapat batasan yang dapat
diterima. Resiko perpindahan
teknologi produk, prores manufaktur, dan pasar harus diketahui dan diatur
secara hati-hati. Proses pengembangan dapat ditentukan karena proses diukur dan
dijalankan dengan limit yang dapat diukur.
6.
Level 5 (Optimized Level)
Pada level ini,
seluruh organisasi difokuskan pada proses peningkatan secara terus-menerus.
Teknologi informasi sudah digunakan terintegrasi untuk otomatisasi proses kerja
dalam perusahaan, meningkatkan kualitas, efektifitas, serta kemampuan
beradaptasi perusahaan. Tim pengembangan produk menganalisis kesalahan dan defects
untuk menentukan penyebab kesalahannya. Proses pengembangan melakukan evaluasi
untuk mencegah kesalahan yang telah diketahui dan defects agar tidak terjadi
lagi.
Nah itu dia pembahasan tentang Information
Technology Infrastructure Library (ITIL) dan Control Objective for Information
and related Technology (COBIT) yang diambil dari berbagai sumber. Yap semoga
tulisan kali ini bisa sedikit membantu kalian yg sedang mencari tau tentang Information
Technology Infrastructure Library (ITIL) dan Control Objective for Information
and related Technology (COBIT) yaa. See ya guys! Sampai jumpa di tulisan
berikutnya yaa..
Sumber :
- Business-Driven Information System Oleh Josua Tarigan, Onno Purbo, Ridwan Sanjaya
- https://id.wikipedia.org/wiki/ITIL
- http://ict.konsultindo.com/pengertian-manajemen-layanan-service-management/
- liapsa.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/33214/Bab+8+-+COBIT.docx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar