Sabtu, 27 Desember 2014

Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat

A. PERTENTANGAN SOSIAL
  1. Definisi Pertentangan Sosial
Istilah pertentangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti percekcokan, perselisihan, konflik. Dalam pustaka Sosiologi, ada banyak definisi mengenai pertentangan sosial. Berikut adalah beberapa di antaranya :
  1. Pertentangan sosial adalah perselisihan mengenai nilai-nilai atau tuntutan-tuntutan berkenaan dengan status, kuasa, dan sumber-sumber kekayaan yang persediaannya terbatas. Pihak-pihak yang sedang berselisih tidak hanya bermaksud untuk memperoleh sumber-sumber yang diinginkan, tetapi juga memojokkan, merugikan atau menghancurkan lawan mereka. (Lewis A. Coser)
  2. Pertentangan sosial adalah suatu proses sosial dimana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi apa yang menjadi tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai dengan ancaman dan/atau kekerasan. (Leopold von Wiese)
  3. Pertentangan sosial adalah konfrontasi kekuasaan/kekuatan sosial. (R.J. Rummel)
  4. Pertentangan sosial adalah kondisi yang terjadi ketika dua pihak atau lebih menganggap ada perbedaan ‘posisi’ yang tidak selaras, tidak cukup sumber, dan/atau tindakan salah satu pihak menghalangi, mencampuri atau dalam beberapa hal membuat tujuan pihak lain kurang berhasil. (Duane Ruth-Heffelbower)
     2. Pemahaman Teoretik Mengenai Konflik Sosial

Ada dua sudut pandang yang umumnya digunakan untuk memahami kenyataan pertentangan dalam masyarakat, yaitu pendekatan konsensus (teori fungsional-struktural) dan pendekatan konflik (teori konflik).

Faktor Penyebab Pertentangan Sosial
Menurut Loepold von Wiese dan Howard Becker, secara umum ada empat faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya pertentangan, yaitu :
  • Perbedaan individual
  • Perbedaan kebudayaan
  • Perbedaan kepentingan
  • Perubahan sosial 
Sementara itu, menurut teori konflik, penyebab utama terjadinya pertentangan sosial adalah adanya perbedaan atau ketimpangan hubungan-hubungan kekuasaan dalam masyarakat yang memunculkan diferensiasi kepentingan. Secara lebih rinci, faktor-faktor penyebab pertentangan menurut teori ini adalah sebagai berikut :
  • Ketidakmerataan distribusi sumber-sumber daya yang terbatas dalam masyarakat.
  • Ditariknya kembali legitimasi penguasa politik oleh masyarakat kelas bawah.
  • Adanya pandangan bahwa konflik merupakan cara untuk mewujudkan kepentingan.
  • Sedikitnya saluran untuk menampung keluhan-keluhan masyarakat kelas bawah serta lambatnya mobilitas sosial ke atas.
  • Melemahnya kekuasaan negara yang disertai dengan mobilisasi masyarakat bawah dan/atau elit.
  • Kelompok masyarakat kelas bawah menerima ideologi radikal.
Fungsi dan Akibat Konflik
George Simmel menyatakan bahwa masyarakat yang sehat tidak hanya membutuhkan hubungan sosial yang sifatnya integratif dan harmonis, tetapi juga membutuhkan adanya pertentangan (Veeger, 1990). Berdasarkan pandangan Simmel tersebut, Lewis Coser dan Joseph Himes melakukan studi lebih lanjut mengenai fungsi positif pertentangan bagi kelangsungan masyarakat. Menurut Coser (1956), pertentangan memiliki fungsi positif, yaitu :
  • Pertentangan akan meningkatkan solidaritas sebuah kelompok yang kurang kompak.
  • Pertentangan dengan kelompok tertentu akan melahirkan kohesi dengan kelompok lainnya dalam bentuk   aliansi. Misalnya, pertentangan antara Perancis dengan Amerika Serikat tentang serangan ke Irak memunculkan kohesi yang lebih solid antara Perancis dan Jerman.
  • Pertentangan di dalam masyarakat biasanya akan menggugah warga yang semula pasif untuk kemudian memainkan peran tertentu secara lebih aktif.
  • Pertentangan juga memiliki fungsi komunikasi.
Sementara itu, menurut Himes (Schaefer & Lamm, 1998), konflik memiliki fungsi sebagai berikut :
  • Secara struktural, pertentangan dapat mengubah keseimbangan kekuasaan antara kelompok dominan dan kelompok minoritas.
  • Dari sisi komunikasi, pertentangan meningkatkan perhatian masyarakat terhadap hal yang dipersengketakan dalam pertentangan, meningkatkan kesediaan media massa untuk memberitakannya, memungkinkan masyarakat memperoleh informasi baru, dan mengubah pola komunikasi berkenaan dengan hal tersebut.
  • Dari sisi solidaritas, pertentangan akan meningkatkan dan memantapkan solidaritas di antara kelompok minoritas.
  • Dari sisi identitas, pertentangan akan menumbuhkan kesadaran mengenai siapa mereka dan mempertegas batas-batas kelompok.
Meskipun memberikan fungsi positif, namun dalam kenyataannya pertentangan sering kali menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Adanya pertentangan sosial mengakibatkan terhentinya kerja sama yang sebelumnya terjalin di antara para pihak yang terlibat pertentangan. Lebih buruk lagi, pertentangan yang disertai dengan kekerasan sering kali mengakibatkan hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya ada dua macam pertentangan, yaitu pertentangan fungsional dan pertentangan destruktif. Pertentangan fungsional adalah pertentangan yang berdampak positif bagi perkembangan masyarakat. Pertentangan ini biasanya terjadi tanpa diwarnai kekerasan. Sedangkan pertentangan destruktif adalah pertentangan yang merusak kehidupan sosial. Pertentangan ini umumnya disertai dengan kekerasan sehingga sering disebut sebagai kekerasan sosial.

 B. INTEGRASI MASYARAKAT 
  1. Pengertian Integrasi Sosial
  • Istilah integrasi berasal dari kata “integration”, yang berarti keseluruhan. Menurut Banton Integrasi didefinisikan sebagai suatu pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberi makna penting pada perbedaan ras tersebut. Hak dan kewajiban yang terkait dengan ras seseorang hanya terbatas pada bidang tertentu saja dan tidak ada sangkut pautnya dengan bidang pekerjaan atau status yang diraih dengan usaha. Dalam hal ini hanya berkaitan dengan perbedaan fisiknya (ciri-ciri badaniah) saja.
  • Sedangkan definisi integrasi menurut Maurie adalah interpendensi (kesalingtergantungan) yang lebih rapat antara bagian-bagian dari organisme hidup atau antara anggota-anggota di dalam masyarakat. Jadi, di dalam integrasi tercipta suatu penyatuan hubungan antara individu-individu sebagai anggota dari suatu kelompok dalam masyarakat yang harmonis.
  • Integrasi menurut Paul Horton adalah proses pengembangan masyarakat di mana segenap kelompok ras dan etnik mampu berperan serta secara bersama-sama dalam kehidupan budaya dan ekonomi. Jadi, integrasi sosial adalah proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda yang ada dalam kehidupan sosial sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang serasi fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan.   
      2.  Faktor Pendorong Integrasi Sosial

Faktor-faktor yang mendukung integrasi sosial di Indonesia antara lain:
  1. Adanya rasa persatuan dan kesatuan yang tinggi. Kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat hendaknya menyadari bahwa mereka memiliki satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, sehingga dapat meminimalisir adanya keinginan-keinginan dari kelompok suku bangsa untuk memisahkan diri dari NKRI.
  2. Pengorbanan. Pengorbanan bertujuan untuk mempertahankan kestabilan integrasi
  3. Toleransi di dalam kelompok sosial. Toleransi berarti membiarkan orang lain atau kelompok lain berbuat sesuai dengan aturan atau keinginan tanpa ada campur tangan dari pihak lain.
  4. Kesediaan untuk mencapai konsensus
  5. Mengidentifikasikan akar persamaan diantara kultur-kultur etnis yang ada
  6. Kemampuan segenap kelompok yang ada untuk berperan secara bersama-sama dalam kehidupan budaya dan ekonomi
  7. Mengakomodasi timbulnya keban
  8. Adanya kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama. Dalam hal ini adalah pancasila. Pancasila hendaknya dijadikan pegangan, pedoman, dan tujuan dari semua kelompok yang ada serta menjadi nilai kehidupan yang mengatur kehidupan berbangsa.
  9. gkitan etnis
  10. Upaya yang kuat dalam melawan prasangka dan diskriminasi
  11. Menghilangkan pengkotak-kotakan kebudayaan.
     3.  Bentuk-bentuk Integrasi Sosial

Integrasi sosial mempunyai dua bentuk yaitu:
  1. Asimilasi, yaitu pembauran kebudayaan yang disertai ciri khas kebudayaan asli.
  2. Akulturasi, yaitu penerimaan sebagian unsur-unsur asing tanpa menghilangkan kebudayaan asli.

Syarat Terbentuknya Integrasi Sosial

Ada beberapa syarat terbentuknya integrasi sosial, diantaranya adalah sebagai berikut:
  1. Menyatukan Perbedaan
    Dalam proses menuju integrasi diperlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk menyatukan segala perbedaan, karena masyarakat yang multikultural memiliki beragam kepentingan dan keinginan yang berbeda-beda. Mengintegrasikan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat bukanlah berarti menghilangkan keanekaragaman kelompok, akan tetapi penyatuan dengan tetap menjaga keanekaragaman fisik, sosial, dan budaya sebagai bagian dari khasanah bangsa.

  2. Pencapaian Konsensus Mengenai Nilai dan Norma
    Pencapaian konsensus mengenai nilai dan norma sebagai unsur pokok dalam kehidupan bermasyarakat juga merupakan faktor yang turut memengaruhi keberhasilan dari proses integrasi. Karena apabila tidak ada kesepakatan bersama mengenai nilai dan norma yang akan menjadi pandangan, ukuran, dan pedoman dalam menjalin hubungan antarkelompok akan memunculkan ego kelompoknya sendiri.
Disintegrasi sosial dan bangsa merupakan momok yang paling menakutkan dalam upaya-upaya mencapai intergrasi. Karena masyarakat multikultural memiliki potensi konflik yang tidak kalah besarnya dibandingkan dengan potensi penyatuan. Integrasi yang dibangun di atas pondasi-pondasi perbedaan bisa saja menjadi bumerang bagi tercapainya Integrasi. Maka dari itu diperlukan suatu kecermatan dan perhatian yang lebih di dalam memperlakukan masing-masing kelompok yang terdapat di masyarakat.

Sumber :
=> http://sosiopedia.wordpress.com/materi-2/kelas-xi/semester-i/konflik-sosial/
=> http://www.zonasiswa.com/2014/09/integrasi-sosial.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar